2 Bahaya Utama Zona Megathrust Buat Indonesia


Jakarta, CNN Indonesia

Zona megathrust yang mengepung Indonesia disebut punya Sebanyaknya efek dahsyat, termasuk Gelombang Besar. Simak penjelasan para ahli soal bahayanya.

Megathrust merupakan pertemuan antar-lempeng tektonik Bumi di zona subduksi, Didefinisikan sebagai titik di mana satu lempeng meluncur ke bawah lempeng lain, yang biasanya ada di lautan.

Bahaya utama dari megathrust Merupakan gempa besar dan Gelombang Besar raksasa.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut paparannya menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Sebanyaknya ahli:

Gempa merusak

Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, dalam acara Sarasehan Nasional IKAMEGA pada 2018. sempat mengingatkan buat mengambil langkah mitigasi untuk mengurangi dampak gempa megathrust.

Salah satu langkah mitigasi yang ia sorot Merupakan dengan mengaudit gedung-gedung yang ada di Jakarta.

“Mulai dari mengaudit gedung-gedung yang ada di DKI ini, banyak gedung tinggi, tapi apakah konstruksinya Pernah terjadi Sungguh-sungguh bangunan yang di daerah rentan gempa,” ujar Dwikorita saat itu.

“Maksudnya, bukan berarti kalau ada gempa dijamin bangunannya tidak Akan segera runtuh. kemungkinan tetap Akan segera retak, bahkan kalau gempanya sangat kuat, kemungkinan tetap Akan segera runtuh, tapi yang kita jaga kalau runtuh itu jangan langsung dalam satu detik runtuh.”

“Yang kita jaga, seandainya retak dan Akan segera runtuh, itu membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga memberi kesempatan orang yg ada dalam gedung untuk menyelamatkan diri,” lanjut Ia.

Dwikorita, pada Maret 2024, Bahkan sempat bicara soal peluang lumpuhnya infrastruktur Jakarta Bila gempa megathrust terjadi. Bentuknya,jaringan komunikasi yang putus imbas kerusakan berbagai infrastruktur komunikasi seperti menara Base Transceiver Station (BTS).

Salah satu yang terancam Merupakan gedung pusat komando peringatan dini BMKG yang terancam amblas imbas megathrust. Oleh karena itu, BMKG berencana membangun dua gedung baru di Jakarta dan Denpasar.

Pada rapat dengar pendapat dengan Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat pada Kamis (14/3), BMKG mengungkap gedung yang Di waktu ini dipakai sebagai Gedung Operasional Peringatan Dini Gelombang Besar (Indonesia Gelombang Besar Early Warning System/InaTEWS) berdiri di atas tanah lunak.

Gedung tersebut merupakan bekas Bandara Kemayoran yang tak diperuntukkan buat peringatan dini.

“Usianya 40 tahun lebih. Dan yang berbahaya bukan usaianya yang tua, tetapi ternyata karena dulu dirancang tidak untuk peringatan dini, ternyata berdiri di atas tanah lunak, di bawah gedung itu Pernah terjadi kami selidiki tanahnya itu berair dan sepertinya rawa,” tutur Dwikorita.

“Kalau terjadi guncangan gempa dengan kekuatan seperti di Palu (M 7,4), itu bisa seperti [kasus amblasnya perumahan] Balaroa, Pak. Jadi gedung itu kesedot ke dalam,” imbuhnya.

Alhasil, segenap peralatan canggih di dalam gedung itu pun tak Akan segera bisa berfungsi saat gempa besar.

“Bagaimana kami, peralatan lengkap, komputer canggih, alat-alat Pernah terjadi diganti, tapi gedungnya untuk men-chat peringatan dini kesedot lebih dulu, Pak,” ucap Dwikorita.

Gelombang Besar Sampai saat ini 34 meter

Selain gempa dahsyat, megathrust Bahkan berpotensi memicu Gelombang Besar yang bahkan Diprediksi bisa mencapai Jakarta.

Hal itu diungkap dalam kajian berjudul On The Potential for Megathrust Earthquake and Tsunamis Off The Southern Coast of West Java and Southeast Sumatra, Indonesia, yang terbit di Natural Hazard pada Oktober 2022.

“Kami menunjukkan bahwa ketinggian maksimum Gelombang Besar bisa mencapai 34 m di sepanjang pantai barat Sumatra paling selatan dan di sepanjang pantai selatan Jawa dekat Semenanjung Ujung Kulon,” menurut para penulis studi tersebut, termasuk Dwikorita.

Tim memanfaatkan katalog data seismik yang bersumber dari BMKG dan International Seismological Center (ISC) periode April 2009 sampai Juli 2020, untuk melakukan hiposenter gempa.

Pemodelan yang dilakukan melibatkan dua segmen megathrust (ada di selatan Jabar dan Sumatera bagian selatan) dan satu segmen backthrust (patahan yang arah dorongannya berkebalikan dari megathrust di selatan Jabar).

Megathrust segmen barat (di selatan Sumatra) memiliki panjang parit-paralel 325 km, lebar 120 km, dan slip (pergeseran) homogen 24 m. Segmen timur sepanjang 442 km, lebar 109 km, dengan slip homogen 20 m.

Sementara, backthrust memiliki panjang 312 km dan lebar 55 km, dengan slip homogen 16 m.

Studi ini melakukan pemodelan Gelombang Besar di wilayah tersebut dengan dua skenario, satunya tanpa backthrust, yang satunya lagi menyertakan backthrust.

“Gelombang Besar yang dimodelkan untuk dua segmen megathrust yang masuk akal dan backthrust yang pecah secara Pada waktu yang sama menunjukkan bahwa ketinggian Gelombang Besar dapat mencapai ~34 m di pantai selatan Sumatera bagian selatan dan Jabar, dengan tinggi gelombang rata-rata sekitar 11 m,” menurut para peneliti.

Penelitian Bahkan mengungkap ketinggian Gelombang Besar rata-rata di sepanjang pantai Sumatera dan pantai Jawa masing-masing Merupakan 11,8 meter dan 10,6 meter, hasil yang menggabungkan efek gaya dorong balik.

Senada, Ilmuwan geologi dari ITB Heri Andreas, yang tak terlibat studi di atas, mengungkap pemodelan menunjukkan Megathrust Selat Sunda potensial memicu Gelombang Besar 20 meter di Pelabuhan Ratu, Jabar.

Gelombang Gelombang Besar yang diperkirakan mencapai kecepatan 40 km per jam jam itu, kata Ia, bisa masuk ke wilayah Merak, Banten, dengan ketinggian 8 meter, untuk kemudian masuk ke wilayah Jakarta.

“Terus [gelombang tsunami] menjalar ke Laut Jawa, Pada Kesimpulannya sekitar 3 jam itu nyampe ke Jakarta sekitar 1 meter,” kata Heri, Selasa (27/9/2021).

(tim/dmi)


Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA