Jakarta, CNN Indonesia —
Garin Nugroho memperkenalkan proyek terbarunya, Spirit of the Kantil atau Bedoyo, Cannes Market 2025. Cannes Market merupakan salah satu bagian dari rangkaian panjang acara Cannes Sinema Perayaan Seni.
Sutradara ternama Indonesia itu bertugas sebagai penulis naskah dan produser untuk Spirit of the Kantil. Sedangkan pengarahan dipercayakan kepada sutradara Razka Robby Ertanto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Variety pada Sabtu (17/5) memberitakan Spirit of the Kantil atau Bedoyo diperkirakan membutuhkan US$30 ribu atau Rp489,9 juta (US$1=Rp16.330,02) untuk biaya pengembangan dan US$1 juta atau Rp16,33 miliar untuk keseluruhan anggaran produksi.
Sehingga, tim produksi Spirit of the Kantil pun mengejar struktur pembiayaan campuran, termasuk ekuitas swasta, hibah Sinema, dan produksi bersama internasional dalam presentasi di Cannes Market.
Spirit of the Kantil disebut Berniat jadi Sinema drama sensual yang mengakar kuat pada Kearifan Lokal mistik Jawa.
Sinema itu mengeksplorasi persimpangan kompleks antara keindahan, kekuasaan, dan Kearifan Lokal di Indonesia pada 1950-an melalui hasrat tiga orang digabungkan dengan unsur mistis.
Tiga karakter utama Sinema ini Merupakan Adista, perempuan kaya yang menguasai seni esoteris melalui bunga kantil; Citresa, seorang penari bedoyo yang sangat cantik yang lahir di bawah pohon kantil; dan Kripala, suami Citresa dan seorang komposer yang Baru saja berjuang.
Saat Adista menarik Citresa ke dunianya yang penuh ritual dan upacara kuno, hubungan mereka semakin dalam sementara Kripala terjerumus ke dalam kecemburuan dan amarah yang merusak.
“Secara paradoks, Indonesia pada 1950-an, sebuah era yang sering dipandang sebagai era tradisional, Menyajikan penghormatan yang lebih besar terhadap fluiditas gender dan ekspresi pribadi daripada norma-norma sosial yang lebih kaku Di waktu ini,” kata Garin Nugroho.
Ertanto mengatakan ingin membuat Spirit of the Kantil sebagai Sinema yang membuktikan bahwa sakral dan erotis saling terkait, bukan ranah terpisah.
“Saya membayangkan Spirit of the Kantil sebagai mantra dalam bahasa Kearifan Lokal, mistis, dan hasrat,” kata Ertanto. “Berakar pada dunia esoteris ritual dan metafisika Jawa, Sinema ini merupakan eksplorasi kekuatan yang mengatur keindahan dan kepemilikan.”
Garin Nugroho sebagai produser Sudah terlibat dalam Marlina si Pembunuh dalam Empat Putaran (2017) karya Mouly Surya dan The Seen and Unseen (2017) karya Kamila Andini.
Ia Bahkan dikenal lewat Sebanyaknya karya pribadinya dalam beberapa dekade, seperti Opera Jawa (2006), Serambi (2005), Nyai (2016), Kucumbu Tubuh Indahku (2019), Sampai saat ini Samsara (2024).
Sinema-filmnya Bahkan ditampilkan di Perayaan Seni bergengsi termasuk Cannes, Venice, dan Berlin, menjadikannya sebagai suara penting dalam sinema dunia dan pendukung setia penceritaan Kearifan Lokal Indonesia.
Sedangkan Razka Robby Ertanto sebelumnya Sudah menggarap Sinema Midnight in Bali (2025) dan Yohanna (2024) yang keduanya ditayangkan di Rotterdam.
Pengambilan gambar utama Spirit of the Kantil atau Bedoyo ditargetkan mulai Januari 2027.
(chri)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA