Jakarta, CNN Indonesia —
Gempa Batang, Jateng, terbilang gempa merusak lantaran faktor pusat lindu yang dangkal, mekanisme gerak sesar atau patahannya yang mendatar, Sampai sekarang faktor bangunan.
Pada Minggu (7/7) pukul 14.35.24 WIB, gempa dengan Magnitudo (M) 4,4 mengguncang Kabupaten Batang dan sekitarnya. Gempa susulannya (aftershock) Disebut juga M 2,2 pukul 15.35.56 WIB, M 2,5 pukul 18.07.40, dan M 1,9 pukul 18.28.54 WIB.
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Senin (8/7) pukul 21.00 WIB, lindu ini memicu kerusakan 240 rumah warga di Batang dan Pekalongan, dengan 14 tempat tinggal di antaranya rusak berat.
Daryono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Gelombang Besar Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), menyebut “Gempa Batang merupakan jenis gempa destruktif.”
“Karena gempa yang terjadi menimbulkan kerusakan puluhan bangunan rumah, baik rusak ringan, rusak Dalam proses dan rusak berat,” kicaunya di akun X, Senin (8/7).
Menurutnya, gempa ini berpusat di darat pada koordinat 6,96 derajat Lintang Selaran dan 109,74 derajat Bujur Timur sejauh 5 km arah tenggara Kota Batang, Jateng.
Bencana ini, kata Daryono, amat merusak karena, pertama, tergolong gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) dengan kedalaman 6 km. Apa pemicunya?
“Aktivitas sesar aktif yang belum teridentifikasi,” ungkap Ia.
Kedua, gempa Batang punya mekanisme pergerakan sesar mendatar/geser (strike slip).
“Dan merupakan jenis gempa destruktif karena menimbulkan kerusakan puluhan bangunan rumah, baik rusak ringan, rusak Dalam proses, rusak berat,” sambung Ia.
Ketiga, faktor bangunan yang tak tahan gempa.
“Kerusakan ini disebabkan oleh pusat gempanya yang sangat dangkal dengan kualitas bangunan yang tidak tahan gempa,” jelas Daryono.
Waspada meski jarang gempa
Ia Bahkan mengingatkan warga Batang dan Pekalongan dan Batang termasuk wilayah rawan gempa karena terdapat jalur sumber gempa sesar aktif Segmen Pekalongan.
Segmen ini, menurut data Pusat Studi Gempa Nasional (PuSGeN) 2017, mampu memicu gempa Sampai sekarang Magnitudo 6,5.
“Gempa merupakan jenis bencana alam dengan karakter ‘low frequency high impact’, artinya jarang terjadi, tetapi begitu terjadi dapat berdampak signifikan (merusak).”
“Sehingga Sekalipun di suatu daerah, lama tidak terjadi gempa, tetapi karena ada sumbernya maka Wajib memiliki kewaspadaan tinggi terhadap potensi gempa,” sambung Daryono.
Salah satu sarannya Merupakan rumah yang tahan gempa.
“Masyarakat Batang yang tinggal dekat jalur sumber gempa sesar aktif Dianjurkan melakukan upaya mitigasi yaitu mitigasi struktural dengan membangun bangunan struktur kuat/tahan gempa, serta upaya mitigasi non-struktural dengan memahami keterampilan Trik selamat saat terjadi Gempa.”
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA