Jakarta, CNN Indonesia —
Analisis tulang dan gigi fosil mengungkap leluhur manusia modern berukuran kerdil atau hominin alias ‘hobbit‘ diduga lebih pendek dari yang diperkirakan sebelumnya.
Hal itu disumpulkan dari studi terhadap fosil berusia 700 ribu tahun milik Homo floresiensis, spesies manusia yang sangat kecil yang pernah menghuni Flores, Nusa Tenggara, dan dimuat pada Selasa (6/8) di jurnal Nature Communications.
Studi ini Bahkan ditulis oleh beberapa peneliti Indonesia dari Badan Geologi, termasuk Iwan Kurniawan, Ruly Setiawan, Indra Sutisna, dan Unggul P. Wibowo.
“Mendapat badan dan otak yang besar serta menjadi pintar belum Niscaya menjadi takdir kita,” kata penulis utama studi Yosuke Kaifu, profesor di Museum Universitas di University of Tokyo, dikutip dari LiveScience.
“Tergantung pada lingkungan alam, ada beragam Tips evolusi tidak hanya untuk hewan secara umum tetapi Bahkan untuk manusia,” lanjutnya.
Sebelum studi ini, diperkirakan H. floresiensis punya tinggi rata-rata 3 kaki 2 inci (1 meter). Penelitian baru ini menunjukkan spesies tersebut, yang merupakan cabang dari Homo erectus, rata-rata lebih pendek 2,4 inci (6 sentimeter).
Homo erectus merupakan garis keturunan manusia yang Pernah terjadi punah yang hidup antara 2 juta Sampai saat ini 250 ribu tahun yang lalu dan memiliki ukuran tubuh yang mirip dengan manusia modern.
Sebelum penelitian ini, tulang H. floresiensis terkecil yang diketahui ditemukan di Liang Bua, Flores, atau di selatan Manta Menge, tempat fosil-fosil baru tersebut ditemukan.
Spesimen Homo floresiensis asli, yang berupa kerangka yang hampir lengkap, ditemukan di gua Liang Bua, sekitar 75 kilometer di sebelah barat Mata Menge pada 2003. Manusia purba ini diperkirakan berasal dari sekitar 60 ribu tahun yang lalu.
Para peneliti pun memeriksa sekumpulan fosil yang baru ditemukan, termasuk gigi dan sebagian tulang lengan atas (humerus), yang digali di Tempat tersebut.
Mereka pun menyebut humerus kemungkinan merupakan “tulang terkecil yang pernah dilaporkan dari individu dewasa.” Para peneliti Bahkan dengan Mudah menyimpulkan bahwa tulang-tulang itu bukan berasal dari seorang anak.
“Tulang orang dewasa meninggalkan jejak metabolisme (kami menyebutnya perombakan tulang) lebih banyak daripada tulang anak-anak,” kata Kaifu.
“Kami mendeteksi sinyal kuat jejak tersebut di tulang lengan atas [hobbit] Mata Menge, melalui pengamatan mikroskopis dari sampel tulang yang diiris,” imbuh Ia.
Studi itu Bahkan menyebut tidak ditemukan tanda-tanda penyakit di humerus tersebut.
Meski begitu, Kaifu mengaku belum menemukan alasan evolusi manusia Mata Menge ini Sampai saat ini menjadi ‘hobbit’.
“Ukuran tubuh Homo floresiensis yang sangat kecil berevolusi dalam 300 ribu tahun pertama sejarah mereka di pulau itu, dan kemudian Seiring berjalannya waktu ukuran tubuh kecil itu dipertahankan selama lebih dari 600 ribu tahun. Kenapa ini terjadi Merupakan pertanyaan sulit lainnya.”
Peneliti di BRIN Thomas Sutikna menunjukkan patung rekonstruksi Homo Floresiensis yang ditemukan timnya di Gua Liang Bua, Flores, NTT. (CNN Indonesia/Chandra Erlangga)
|
Di satu sisi, evolusi ukuran tubuh yang lebih kecil Bisa jadi hanya masalah seleksi alam di pulau itu. Misalnya, gajah di pulau terkadang menjadi lebih kecil seiring berjalannya waktu.
“Tidak Sangat dianjurkan menjadi besar di pulau-pulau itu karena tidak ada singa dan harimau di sana,” kata Kaifu.
Sementara itu, menjadi besar Bahkan memiliki kerugian yang nyata; butuh lebih banyak waktu untuk makan dan berkembang biak. Ia menyebut manusia purba yang terdampar di pulau terpencil kemungkinan menjadi lebih kecil karena tekanan kondisi tersebut.
“Kita cenderung berpikir bahwa manusia itu Unggul di antara hewan-hewan,” kata Kaifu, “Tetapi bukti dari Flores menunjukkan bahwa kita, manusia, seperti hewan lainnya, Bahkan berada di bawah kendali seleksi alam dan dapat berevolusi ke arah yang tidak terduga.”
Bersama dengan manusia yang fosilnya ditemukan di Liang Bua yang lebih baru, mereka menunjukkan hobbit ini mampu berkembang biak di pulau Flores meski ada predator seperti komodo sepanjang 3 meter dan buaya.
“Pengurangan dramatis di awal dan stabilitas ukuran tubuh selanjutnya menunjukkan bahwa punya ukuran tubuh yang lebih kecil di pulau terpencil ini bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia purba ini,” kata penulis penelitian, melansir CNN.
Asal usul ‘hobbit’
Selain Homo floresiensis, hominin berbadan dan berotak kecil lainnya Merupakan Homo naledi di Afrika Selatan dan Homo luzonensis di Filipina.
Kalangan paleoantropolog pun percaya ada banyak ragam spesies manusia, termasuk beberapa yang hidup berdampingan dengan spesies kita sendiri, Homo sapiens.
Sebelum penemuan Homo floresiensis, banyak ahli dalam evolusi manusia mengira pada dasarnya hanya satu spesies manusia yang berevolusi seiring waktu, dengan variasi regional.
Salah satu penulis studi tersebut, Gerrit van den Bergh, yang Merupakan dosen di Centre for Archaeological Science di University of Wollongong, Australia, menyebut tak semua ilmuwan sepakat dengan interpretasi penelitian bahwa Homo erectus berbadan besar Merupakan nenek moyang Homo floresiensis.
Dan Tidak seperti, bahwa hobbit merupakan versi kerdil dari Homo erectus.
Dengan otaknya yang kecil dan tulang pergelangan tangan yang mirip simpanse, hobbit Bisa jadi lebih dekat hubungannya dengan hominin bertubuh kecil seperti Homo habilis, yang hanya diketahui dari Afrika, menurut pendapat pihak lain.
Matt Tocheri, kepala penelitian Kanada tentang asal usul manusia di Lakehead University, Ontario, mengatakan bahwa ia tidak yakin bahwa hobbit Merupakan Homo erectus yang diperkecil.
“Saya setuju bahwa bukti mereka menunjukkan bahwa hominin bertubuh kecil hadir di Flores setidaknya 700 ribu tahun yang lalu. Tapi kenapa nenek moyang mereka yang pertama kali tiba di pulau itu mesti lebih besar?” cetus Tocheri, yang Bahkan merupakan peneliti Human Origins Program di Smithsonian Institution.
“Saya pikir pertanyaan ini masih belum terjawab dan Berencana terus menjadi fokus penelitian untuk beberapa waktu mendatang.”
Untuk menyelesaikan perdebatan tentang asal-usul hobbit, diperlukan sisa-sisa hominin di Flores yang berasal lebih jauh ke masa ketika mereka tiba di pulau itu, sedikit lebih dari 1 juta tahun yang lalu, kata van den Bergh dan Tocheri.
“Setiap fragmen kecil Homo floresiensis atau hominin lainnya sangatlah penting,” kata Tocheri.
“Fosil-fosil ini Merupakan jendela kita Ke arah masa lalu evolusi bersama spesies kita. Tanpa fosil-fosil ini, kita tidak tahu apa yang terjadi di masa lalu.”
(tim/arh)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA