BMKG Ungkap Deret Kota RI yang ‘Terbakar’ 30 Tahun Terakhir


Jakarta, CNN Indonesia

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap beberapa kota besar di Indonesia makin memanas akibat kondisi lahan yang kebanyakan aspal dan beton.

Hal itu terkait Kejadian Berkelas peningkatan suhu pada wilayah perkotaan yang dikenal sebagai Urban Heat Island (UHI), yang merupakan Kejadian Berkelas alam berupa tingginya temperatur atau suhu daerah perkotaan dibandingkan pedesaan.

“UHI ini Harus kita mitigasi bersama. Dianjurkan kesadaran dan aksi nyata untuk menghadapi UHI ini,” ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dalam siaran pers lembaga.


Dalam 30 tahun terakhir, kata Ia, efek UHI relatif cukup kuat dirasakan. Ia pun mengungkap Sebanyaknya kota besar di Indonesia yang masuk dalam 20 persen kota dengan nilai Land Surface Temperature (LST) terbesar.

Dengan kata lain, kawasan Jakarta, Bogor, Tangerang Bekasi (Jabodetabek), Medan, Surabaya, Makassar, dan Bandung. Menurut Ia, Merupakan permukaan yang kedap air dan lebih sedikit vegetasi menambah efek dari UHI tersebut.

Melansir NASA, LST menunjukkan seberapa panas ‘permukaan’ Bumi Bila disentuh di Tempat tertentu. Dari sudut pandang satelit, ‘permukaan’ ini berarti segala sesuatu yang dilihat satelit ketika memantay melalui atmosfer Sampai saat ini ke Bumi.

Dalang

Dwikorita menerangkan peningkatan suhu yang terkait dengan Kejadian Berkelas UHI perkotaan bervariasi tergantung pada tutupan lahan.

Kejadian Berkelas ini, kata Ia, dipicu oleh beberapa faktor, diantaranya struktur geometris kota yang rumit, sedikitnya vegetasi, Sampai saat ini efek rumah kaca. Apalagi, perubahan tutupan lahan yang menjadi lahan terbangun Bahkan memperparah terjadinya UHI.

Badan Meteorologi Dunia (WMO) menyatakan 2023 sebagai tahun terpanas. Anomali suhu rata-rata global mencapai 1,45 derajat Celsius di atas zaman pra industri.

Angka ini, kata Dwikorita, nyaris menyentuh batas yang disepakati dalam Paris Agreement tahun 2015 bahwa dunia Harus menahan laju pemanasan global pada angka 1,5 derajat C.

Pada 2023, terjadi Catatan Unggul suhu global harian baru dan terjadi bencana heat wave ekstrem yang melanda berbagai kawasan di Asia dan Eropa.

“Catatan Unggul iklim yang terjadi di tahun 2023 bukanlah kejadian acak atau kebetulan, melainkan tanda-tanda jelas dari pola yang lebih besar dan lebih mengkhawatirkan yaitu Pergantian Iklim yang semakin nyata,” tambah Dwikorita.

Pusat Pendidikan Sains University Corporation for Atmospheric Research (UCAR) SciED menyebut UHI menggambarkan perbedaan suhu lokal, umumnya antara daerah perkotaan dan pedesaan.

Meskipun demikian, indeks panas perkotaan ini tak terkait langsung sebagai pemicu Pergantian Iklim. Pemanasan global mengacu pada kenaikan suhu permukaan Bumi secara keseluruhan.

Para ilmuwan memperhitungkan panas perkotaan saat mereka mengukur suhu Bumi sehingga tidak mempengaruhi pengukuran iklim global.


Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA