Kepala Negara Donald Trump terus membuat manuver politik luar negeri Amerika Serikat yang di luar prediksi sejak resmi dilantik lagi pada Januari lalu Sampai saat ini memantik ketegangan dan kecemasan di antara sekutu terutama negara-negara Eropa.
Belakangan, langkah Trump semakin menunjukkan pergeseran dukungan AS terhadap Ukraina menjadi condong ke Rusia, membuat Sebanyaknya negara Eropa khawatir soal masa depan Kyiv yang Sampai saat ini Pada saat ini menginjak tahun ketiga digempur invasi Moskow.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Senin (24/2), AS secara mengejutkan berdiri bersama Rusia dan Korea Utara dalam menolak resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengutuk invasi Rusia di Ukraina. Pemungutan suara ini digelar ketika invasi Rusia di Ukraina resmi memasuki tiga tahun.
Sikap AS di PBB itu semakin membuat ketegangan antara AS-Eropa dan memicu pertanyaan sejauh mana Trump Nanti akan mengubah posisi tradisional AS di kancah global, termasuk soal komitmen Washington terhadap negara sekutu.
Sebelum ini, Trump Bahkan mengguncang para pemimpin Eropa karena keputusannya merangkul Kepala Negara Rusia Vladimir Putin, yang Baru saja diisolasi Eropa buntut invasinya di Ukraina.
Trump menelepon Putin pada 12 Februari lalu dan bicara panjang mengenai Ukraina selama sekitar 90 menit, menurut pernyataan Kremlin. Bukan cuma itu, Trump dan Putin bahkan sepakat untuk bertemu guna menggelar pembicaraan soal masa depan Ukraina.
Negara-negara Eropa menentang habis-habisan pembicaraan AS-Rusia lantaran tak melibatkan mereka padahal Konflik Bersenjata terjadi di kawasan mereka.
Ukraina, selaku wilayah yang diinvasi, bahkan tak diajak ke dalam perundingan.
Menurut jurnalis politik senior CNN, Stephen Collinson, kehadiran Trump di periode kedua pemerintahannya ini Sungguh-sungguh mengubah permainan geoplitik global secara drastis.
“Satu hal yang tak bisa disangkal dari Kepala Negara AS ini-ambisinya untuk Mengadakan pertemuan empat mata dengan sahabatnya, Kepala Negara Rusia Vladimir Putin, Pernah terjadi memicu gelombang Hubungan Luar Negeri krisis guna mengakhiri Konflik Bersenjata di Ukraina yang selama bertahun-tahun berada dalam kebuntuan,” tulis Collinson dalam artikel analisnya berjudul ‘Even as Macron flatters ‘Dear Donald,’ the US is deeply estranged from the West on Ukraine’.
“Bertolak belakang dengan, langkah mengejutkannya yang beralih Mendukung Putin dan menjauh dari Ukraina Pernah terjadi mengacaukan aliansi lama serta memicu perlombaan di antara sekutu dan lawan Amerika untuk membentuk kesepakatan damai yang ingin ia capai dengan pemimpin Rusia tersebut,” ucapnya menambahkan.
Pada Senin (24/2), para pemimpin Eropa pun menaiki kereta ke Kyiv, Ukraina, untuk berdiri bersama Kepala Negara Volodymyr Zelensky dalam memperingati tiga tahun Konflik Bersenjata Rusia vs Ukraina. Langkah mereka ini mencerminkan tekanan kepada Rusia.
Di London, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer Bahkan ikut menyatakan bahwa G7 Dianjurkan mengambil “lebih banyak risiko” untuk menekan Kremlin. Pada saat yang sama, Starmer mengumumkan serangkaian Hukuman baru untuk Rusia guna menekuk negara itu.
Sikap keras Eropa ini tampaknya tak sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai Trump.
Trump tampaknya Baru saja berupaya Mengoptimalkan reputasinya dan bargaining power di kancah global melalui pendekatan ke Rusia.
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA